Tuesday, August 28, 2018

TOGHUT HIDUP LEBIH BERBAHAYA DARI PADA TOGHUT MATI



Maksud saya thoghut hidup di sini adalah aimmatul-kuf (pemimpin pemimpin kekufuran) dan penguasa murtad yang memberlakukan bagi kaum muslimin syari’at pengganti, menyebarluaskan kekufuran dan perbuatan keji ditengah-tengah mereka.

Sedang saya sebut thoghut mati adalah kuburan-kuburan, bebatuan, pohon pohonan dan benda mati lain yang disembah selain Alloh Azza wa jalla dengan beragam ritual ibadah mulai dari berdo’a, minta tolong, menyembelih bernadzar dan lain lain.
Maka tidak bisa dibantah bahwa thoghut yang hidup lebih besar fitnah dan kerusakannya daripada benda-benda tadi.
Oleh karena itu, Nabi -Shalawatu was salam- memerangi thoghut yang hidup dahulu sebelum memberantas thoghut yang mati, Nabi Shalawatu was salam- tidak memusnahkan berhala-berhala kecuali setelah Penaklukan Mekah sebagaimana riwayat Bukhori, dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: Nabi –Shalawatu was salam- memasuki Mekah pada saat ditaklukkan, di sekitar Ka’bah ada 360 patung, maka beliau menghantam patung-patung itu dengan tongkat yang ada di tangan beliau sambil bersabda:
“Telah datang kebenaran dan telah lenyap kebatilan, telah datang kebenaran dan kebatilan itu tidak kokoh dan tidak akan terulang.”
Setelah itu Rosululloh -Shalawatu was salam- memerintahkan para sahabatnya untuk melenyapkan patung yang masih tersisa di Jazirah Arab, hal itu beliau lakukan setelah membasmi kekuasaan thoghut hidup, beliau mengingkari mereka dan patung-patungnya dan bersikap baro’ (berlepas diri) dari mereka sejak awal diutus.
Inilah Millah Ibrohim ‘Alaihis Salam, berlepas diri dari orang-orang kafir yang hidup sebelum berlepas diri dari sesembahan-sesembahan mereka.
Alloh Azza wa jalla berfirman:
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrohim dan orangorang yang bersama dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Alloh.”( QS. Al-Mumtahanah:4)
Alloh Azza wa jalla juga berfirman:
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): ”Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.”(QS. An-Nahl:123)
Penjelasan ini bukan menerangkan urutan, tetapi menerangkan prioritas, jadi bukan berarti diam terhadap thoghut yang mati beserta para penyembahnya dibenarkan secara syar’i menunggu kita basmi thoghut yang hidup.
Sebab syari’at sudah sempurna, siapa diantara Anda melihat kemungkaran hendaknya merubah semampunya.
Adapun prioritas yang hendak saya terangkan adalah: Efek kerusakan yang ditimbulkan thoghut hidup pada agama manusia hampir-hampir mengancam banyak kaum muslimin dengan kemurtadan global, bisa berupa teror, makar dan tipu daya.
Kerusakan seperti ini jauh lebih berbahaya dibandingkan thoghut mati.
Maka mengherankan sekali kalau ada orang yang mengaku ulama, ahli agama dan mengikuti salaf yang tulisan mereka sekarang ini lebih terfokus kepada thoghut mati kemudian lupa atau pura-pura lupa dengan thoghut hidup.
Anda lihat ada diantara mereka hidup di negeri berundang-undang positif yang kafir serta menggunakan sistem demokrasi yang kufur sementara dia benar benar tidak tahu dan menutup mata darinya, di waktu yang sama dia menghunus pedangnya melalui media cetak (buku) menentang thoghut mati dan penyembah penyembahnya yang jelas tidak bersenjata.
Alloh Azza wa jalla berfirman:
“Dan (ingatlah), ketika Alloh menjanjikan kepadamu bahwa satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu sedangkan kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah untukmu, dan Alloh menghendaki untuk membenarkan dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir,” (QS. Al-Anfal:8)
Coba renungkan semua ini, niscaya Anda akan tahu sebab-sebab munculnya ujian dan bala dalam diri kita, yaitu ketika orang-orang dipercaya memegang ilmu dan Agama tidak melaksanakan peran mereka dalam menyampaikan dan mengingatkan, lantas bagaimana dengan orang yang ridho dan ikut?
Bagaimana pula dengan orang yang memberikan pembenaran kepada para thoghut itu?
Kalaulah ada yang berbicara tentang jihad, Anda lihat ia hanya menyebut jihad Palestina dan Afghanistan, karena hanya inilah kadar yang diperbolehkan di sebagian negara.
Padahal jihad melawan penguasa murtad itu lebih wajib daripada jihad melawan Yahudi, memang kedua-duanya musuh kafir yang menginjak negeri kaum muslimin, hanya saja penguasa murtad itu lebih tinggi tingkatannya daripada Yahudi karena dua hal:
Pertama mereka lebih dekat, kedua mereka murtad.
bukan menjadi rahasia bahwa orang yang berjihad di Palestina dan Afghanistan disebut pahlawan dan syahid, harta dan berbagai bantuan dikucurkan kepadanya, tapi jika selain di dua tempat tersebut, maka dia penjahat dan teroris yang keluar dari undang-undang, undang-undang kafir.
Renungkanlah ini.
Renungkan pula hadits di bawah ini, Anda akan tahu bahaya thoghut hidup, yaitu hadits riwayat Bukhori dari Qois bin Abi Hazim bahwasanya ada seorang wanita dari Ahmas bertanya kepada Abu Bakar:
“apa yang menjadikan kita tetap berada di atas urusan baik ini (Islam), dimana Alloh mendatangkannya setelah jahiliyah?
” Beliau mengatakan: ”Kelangsungan kalian di atasnya adalah selama para pemimpin kalian istiqomah (konsisten).” Ia bertanya: “Siapa para pemimpin itu?” Beliau mengatakan: “Bukankah kaummu memiliki pemimpin dan orang-orang terpandang dimana mereka memerintah dan ditaati?” Ia berkata: “Benar.” Beliau berkata: “Merekalah yang akan menjadi tumpuan manusia.”
Ibnu Hajar berkata dalam Syarah-nya: (Perkataan wanita itu),”Apa yang menjadikan kita tetap berada di atas urusan baik ini?” maksudnya adalah agama Islam dan keadilan, persatuan kalimat, menolong orang dzalim dan meletakkan sesuatu pada tempatnya yang terkandung dalam ajarannya. “…selama para pemimpin kalian istiqomah,” artinya, karena manusia tergantung kepada agama penguasa mereka, maka ketika para pemimpin jauh dari tugas semestinya, ia akan sesat dan menyesatkan orang.” (Fathul Bari VII/151)
Abdulloh bin Mubarok berkata:
وهل أفسد الدین إلا الملوك وأحبار سوء ورهبانها؟
Adakah yang merusak agama selain para raja, para ulama jahat dan ahli
ibadahnya?”

Yang menyedihkan lagi, sikap diam orang yang mengaku ulama terhadap thoghut hidup tadi berubah menjadi hujjah untuk membenarkan sikap diam para pemuda dan menjadi alasan terhadap sikap duduk mereka dari jihad yang hukumnya fardhu ‘ain.
Jihad bagi mereka (yang mereka klaim) menjadi terbatas pada jihad melawan orang-orang Penyembah kubur dan Ahli bid’ah,
Padahal, bukankah para penyembah kubur dan ahli bid’ah itu tidak hidup kecuali di pundak para thoghut yang hidup tersebut?
Renungkanlah......

No comments:

Post a Comment

NOTES :
- Harap bekomentar sesuai dengan judul postingan
- Tidak diperbolehkan mempromosikan barang atau berjualan
- Bagi yang berkomentar menyertakan link dianggap spam

==> SELAMAT BERKOMENTAR .... :D