Nyatanya akhirnya aku patah, bukan menyerah karena lelah hanya saja waktu dan keadaan yang memaksa kaki untuk melangkah. perjalanan panjang yang telah dihantam berbagai aral dan karang berujung pada keputusan untuk saling melepaskan. iya melepaskan.
Pada akhirnya aku memilih pergi dan melepas, karena aku sadar genggamanmu tak sekuat dulu. Sekeras apapun aku berusaha takkan berarti adanya jika hanya satu pihak yang memperjuangkannya.
bukankah hubungan itu atas dasar dua orang yang saling menguatkan.
Jangan tanya soal kesedihan, aku masih waras untuk bisa merasakan pahitnya perpisahan. kita terlalu lama berkutat dalam kebersamaan sampai aku lupa untuk bersiap kala perpisahan datang.
Jangan tanya soal sakit, kesakitanku lebih dari sekedar sakit.
Rindu, temu, haru, nyaman itu harus dihalau pergi mulai kini. Untuk apalagi dinikmati. Saat kau bilang tak bisa tanpaku, kau seenaknya saja berlalu seolah aku memang pantas diletakkan di masa lalu.
Kata juang yang kau agungkan nyatanya hanya sebatas angan.
Maaf jika pergi jadi pilihan terakhir saat hati tak dihargai. Saat sabar tak diambil peduli. Saat berjuang hanya setengah hati. Kata orang hidup itu pilihan, dan sekarang aku pilih bahagiaku meski sendirian. Kisah kita akan kusimpan rapi dalam satu ruang, akan kuingat sebagai memori indah bahwa aku pernah berusaha tak mau kalah oleh keadaan. Kuambil pelajaran di dalamnya. berharap waktu akan memperbaiki keadaan.
Dan Tuhan mempertemukan masing-masing kita dengan sebaik-baik pribadi baru di masa depan.