Sunday, January 14, 2018

Izinkan Aku Merencanakan Masa Depanku Sendiri


Langitpun semakin redup, sang surya mulai menyingsing menyambut kedatangan bulan, warna jingga dan magenta terlukis jelas dengan sedikit kilatan cahaya yang memancar. Sedikitpun tak akan ada yang bisa meruntuhkan niatku, hatiku sudah mantap. Sama sekali tak akan ada yang bisa memutar balik bahkan memundurkan langkahku, satu milimeterpun. Tekadku sudah bulat, anggap saja aku harimau yang kelaparan.
Jika kalian memintaku untuk menyerah dan membiarkannya begitu saja, jawabannya adalah TIDAK! Aku tidak mau menjadi orang yang gagal, kau tahu? Kebanyakan orang gagal itu adalah orang yang tidak pernah tahu betapa dekatnya dia dengan keberhasilan hingga dia memutuskan untuk menyerah.
Ini mimpiku. Biarkan aku bermimpi setinggi langit ke-tujuh dan biarkan aku membuat roket untuk menjemputnya. Apa masalah kalian? Bukankah kalian juga punya mimpi?
Jika aku tak mampu menjadi pelita malam biarkan aku menjadi kunang-kunang yang menghiasi malam. Jika aku tak mampu berada di puncak dalam mimpiku setidaknya aku pernah berada dalam perjalanannya dan biarkan aku menjadi bagian darinya.
Aku tahu, kalian tidak akan pernah sependapat denganku. Bagaimanapun juga, air dan minyak tidak akan pernah bersatu, bukan?
Seperti garis horizon, terlihat bersatu, nyatanya langit dan laut tak akan pernah bisa menyatu.
Perumpamaan apa lagi yang bisa menggambarkan posisi ini, hingga kalian dapat mengerti?
Jika kalian tanya puncaknya, sungguh, ini pertanyaan terlucu bagiku. Aku hanya ingin menjadi 'apa' yang kuinginkan. Aku ingin menjemput mimpi kecilku lalu mimpi kecilku kemudian mimpi kecilku lagi hingga aku mendapatkan mimpi besarku, dan aku tahu saat itu pula aku akan mempunyai secercah mimpi kecil lagi yang tidak akan pernah ada puncaknya. Jadi, kita kalian menanyaiku mana puncak mimpimu?, kapan akan berakhir?, kapan kau berhenti? Jawabannya, tidak akan pernah.
Bukankah manusia memang terlahir dengan ketidakpuasan yang tidak terbatas? Sama halnya dengan angka, dimulai dengan angka 1 dan kau tidak akan pernah bisa menemukan akhir dari angka.
Kumohon, izinkah aku meraih mimpiku dengan semua rencana matang yang sudah kupersiapkan. Izin? Memangnya aku memerlukan izin siapa? Toh, kalian selalu mencoba berbagai cara untuk menghentikan langkahku. Lucu memang, dan aku sangat bodoh jika masih saja memperdulikan kalian.
Anggap saja aku besi yang berkarat dan kalian adalah amplas yang sangat mulus. Tiap kalian mencoba untuk mengataiku dengan berbagai omong kosong yang memuakkan, kalian sedang meng-amplas besi yang berkarat. Sakit memang. Tapi tunggu, biarkan saja si besi berkarat menikmati amplasannya. Saat si besi menjadi diri yang baru dengan besi yang mengkilat, amplas tidak akan pernah lagi digunakan.

No comments:

Post a Comment

NOTES :
- Harap bekomentar sesuai dengan judul postingan
- Tidak diperbolehkan mempromosikan barang atau berjualan
- Bagi yang berkomentar menyertakan link dianggap spam

==> SELAMAT BERKOMENTAR .... :D