Makin jauh waktu
berjalan, manusia kian bingung meraih kebahagiaan. Mata manusia kian kabur
terhadap jalan yang menuju kesana. Telinga manusia kian tuli terhadap suara-suara petunjuk. Makna
sejati suatu kebahagiaan makin terpolusi.
Usia manusia makin pendek, tersita oleh aktivitasnya untuk mengejar bayangannya sendiri. Ia berlari,
bayangan itu pun berlari. Ia diam,
bayangan itu pun diam. Persaingan yang tak akan pernah berhenti,dan manusia akan tetap tertinggal oleh bayangannya.
Masya Allah.
Masih banyak manusia yang tiada menahu keterbatasannya. Masih banyak manusia yang mengingkari
kekurangannya. Masih banyak manusia yang
menutupi kelemahannya dengan keangkuhan diri. Masih banyak manusia yang tidak segan-segan untuk tertawa
terkekeh-kekeh diantara kehinaandirinya.
Sehingga matanya menjadi buta, telinganya menjadi tuli. Ia tidak lagi bisa menatap ketiada-batasan Allah. Ia tidak bisa
lagi mendengar kesempurnaan suara Allah.
Kelebihan Allah tiada pernah dilihatnya, malahan ia tersibuk untuk mengurangi kelebihan Allah itu.
Alam ikhtiar
manusia memang teramat sempit, sedikit, tak lebih dari setetes dari lautan kekuasaan Allah. Bahkan
seandainya setetes itu diperumpamakan
sebagai lautan lagi, maka puncak tertinggi kemampuan manusia tak lebih dari setetes lautan ini.
Manusia memang lemah, tak berdaya,
terbatas, serba kekurangan. Tapi manusia bisa naik derajatnya ketika ia menyadari segala kekhilafannya,
menyadari kehinaan dirinya, dan dengan
ketulusan hati mengagungkan Allah, memohon ampunan Allah, merintih dan memelas kasih-Nya. Maka manusia yang
meleburkan kehinaannya ke dalam tungku
ke-Maha-an Allah, maka Allah akan mengasihinya, menyayanginya, membelainya, dan Dia tidak akan segan-segan
untuk mengangkatnya dari jurang
kekerdilannya menuju puncak kemuliaan, memuliakannya. Tapi dasar manusia, tidak bisa belajar dari historis
setan yang divonis menjadi penghuni
abadi neraka karena kesombongannya. Kebanyakan manusia punenggan untuk mengakui kelemahannya, menundukkan
dirinya, menyujudkan dirinya, dengan
tulus menyadari kekerdilannya. Kenapa masih banyak manusia yang menutup-nutupi kehinaannya ? berlaku sombong,
mbalelo, membusungkan dadanya, dan
sedikitpun tidak punya rasa malu.
No comments:
Post a Comment
- Harap bekomentar sesuai dengan judul postingan
- Tidak diperbolehkan mempromosikan barang atau berjualan
- Bagi yang berkomentar menyertakan link dianggap spam
==> SELAMAT BERKOMENTAR .... :D