Kebahagiaan sejati bersemayam dalam diri setiap manusia, tetapi karena hiruk-pikuk di kepala, orang tak bisa mengenali lagi kebaikan di dalam dirinya.
Kita oleh pikiran kita sendiri sering kali terjebak oleh berbagai hal yang harus dilakukan. Belum selesai plan A, otak kita sudah melompat ke plan B, C, dan seterusnya—tapi tidak ada yang selesai dengan baik dan justru tertunda semua.
Pertambahan usia membuat kejernihan pudar karena ‘a crazy monkey mind’ bertengger di kepala. Ibaratnya seperti monyet yang bergelayutan dari satu pohon ke pohon lainnya. Sumber kebahagiaan raib. Kehangatan dalam hubungan antar manusia pun ikut raib. Kondisi batin yang demikian terjadi karena dipenuhi oleh tiga jenis racun : ketamakan, kebencian dan kegelapan batin – maka batin kita janganlah dipercaya.
Manusia cenderung membandingkan, tidak menerima dan menghargai yang dimiliki. Pikiran pepat oleh, ’tidak cukup’, ’tidak punya’, ’tidak cukup punya’. Hidup dipenuhi ’tetapi’. ’Makanan ini enak, tetapi…. Hidup ini indah, tetapi…”.
Yuta dilahirkan di tempat yang indah, perkampungan yang dipenuhi kasih dan kepedulian sesama. Sebuah lembah di diantara gunung-gemunung dan perbukitan, tempat yang asri dan religius. Bantir, desa hijau dan sejuk yang memiliki kearifan lokal di dalamnya. Tapi Yuta benar-benar tak bisa lagi menikmati pemandangan indah dari rumah lembah idamannya. Padahal, semua masih di sana, tetapi ia tidak melihatnya lagi. Kalau ada 10 hal penting, sembilan dimiliki, tetapi fokusnya hanya pada satu yang kurang, maka rasa ’kurang’ itu membesar, dan menelan kita.
No comments:
Post a Comment
- Harap bekomentar sesuai dengan judul postingan
- Tidak diperbolehkan mempromosikan barang atau berjualan
- Bagi yang berkomentar menyertakan link dianggap spam
==> SELAMAT BERKOMENTAR .... :D